Seperti biasa , aku dan diriku .
Masih tak mampu nak lelapkan mata .
Meski lelah mencuba .
Bukan menutup mata yang aku lelahkan .
Melainkan resah yang menyelubungi sekelumit jiwa.
Entah apa yang aku risaukan ,
Sedangkan semuanya sudah diatur Sang Pencipta dengan begitu indahnya.
Jujur kukatakan , hari-hariku yang berlalu ,
bukanlah seindah yang dilihat mata-mata .
Tersenyum , ketawa , gurau senda semua itu adalah suatu bakat yang tidak pernah gagal diri ini asah dari hari ke hari.
Senyumku , tidaklah seikhlas senyuman bayi.
Tawaku , hanyalah untuk memenuhi sunyi sanubari
namun hatiku , penuh pilu menahan segala kesakitan yang kian membenak di hati.
Perasaanku tidak menentu tiap harinya.
Ada kala aku bahagia , seperti benar-benar bahagia.
Setelahnya , ada yang tak kena.
Aku mula mengasingkan diri .
Kamar merupakan rumahku .
Katil merupakan adik beradikku.
dan bantal adalah sahabat baikku .
Sakit yang aku pendam , acapkali aku lepaskan dihadapan 'mereka'.
Hanya mereka yang benar-benar mengenali aku dan diriku.
Kadang , aku tertanya sampai kapan sakit ini bakal kubendung ?
Sakit ini perlahan-lahan memunahkan hatiku.
Jiwaku yang dulu sudah hilang bersama air mata.
Dunia bukan lagi tempat yang indah buatku.
Benarlah dunia dan seisinya hanyalah semata-mata ujian.
Sesi memujuk hati dan diri sendiri merupakan rutin harian buatku.
MengingatiNya membuatkan semuanya perlahan-lahan terasa indah.
Aku yakin , pertolonganNya lebih besar dari ujianNya.
Melalui duri-duri yang diciptakanNya buatku ,
akhirnya aku menemui jalan untuk lebih dekat denganNya.
Semoga Dia terus menguatkanku dalam apa jua rintangan yang diciptakanNya buatku.